Senin, 10 April 2017

4 Pelatih Terbaik Indonesia Sepanjang Masa

1. Toni Pogacnik
Selain menjadi pelatih terlama bagi tim nasional Indonesia, pelatih berkebangsaan Yugoslavia tersebut merupakan salah satu pelatih terbaik Garuda sejauh ini. Bagaimana tidak? Sejumlah pencapaian mengagumkan sukses diraih oleh Tony semasa menjabat sebagai pelatih.
Sebut saja sukses menjuarai Piala Asia Muda (kini Piala Asia U-19) bersama Myanmar (1961),  mencapai babak semifinal Asian Games Manila (1954), bermain imbang 0-0 melawan Uni Soviet pada babak perempat-final di Olimpiade Melbourne (1956) dan sebuah medali perunggu di ajang Asian Games 1958 (Tokyo) menjadi raihan terbesarnya.
Tak hanya itu, dirinya juga berhasil membangun kekuatan menakutkan di skuat tim nasional kala itu. Buktinya, pada tahun 1962 Jopie Leepel cs dapat mencapai standar kekuatan tim internasional (Tempo, 1972).

Hasil-hasil manis tersebut adalah buah dari kerja keras sang pelatih. Sejak diberi amanat oleh Presiden Soekarno untuk menangani timnas, Pogacnik langsung mencari bakat-bakat sepakbola ke seluruh pelosok daerah. Selain itu, ia mengerti bagaimana memanfaatkan pemain-pemainnya yang terbilang pendek agar tetap mampu bersaing dengan tim-tim kuat, baik di Asia maupun Eropa.
Sayangnya, skandal suap yang melibatkan para pemainnya di bulan Januari 1962 silam membuat Pogacnik kehilangan mimpinya untuk bisa membangun sebuah tim yang benar-benar diperhitungkan di level dunia.

2. Anatoli Polosin
Gelar juara SEA Games 1991 yang berhasil diraih oleh tim nasional Indonesia adalah berkat tangan dingin Anatoli Polosin. Bersama dengan dua asistennya, Danurwindo dan Vladimir Urin, pelatih asal Rusia tersebut berhasil membuat skuat Merah Putih menampilkan permainan cemerlang.
Setali tiga uang dengan Toni Pogacnik, dia memberlakukan metode latihan cukup keras. Dibawah arahannya, timnas dipaksa bermain dengan intelejensi serta ketahanan fisik yang tinggi. Tak ayal di awal masa kepelatihan Polosin, sejumlah pemain memilih untuk kabur dari pelatnas, di antaranya Fachry Husaini, Ansyari Lubis dan Eryono Kasiha.
Pada tiga pertandingan persahabatan pertama, Ferri Hattu cs memang menjadi lumbung gol. Mereka kalah dari Malta (3-0), Korea Selatan (3-0) dan Mesir (6-0). Namun, semua itu tak dipermasalahkan olehnya, Polosin  justru puas dengan perkembangan fisik para pemain.

Barulah semua metode pelatihannya tersebut membawa hasil ketika Indonesia berlaga di ajang SEA Games 1991 Manila, Filipina. Garuda membabat satu persatu lawan, sebut saja Malaysia (2-0), Vietnam (1-0), Filipina (2-1), Singapura (menang adu penalti) dan terakhir di laga final melawan Thailand (4-3 lewat adu penalti).

3. Endang Witarsa
Endang Witarsa juga termasuk pelatih terbaik tim nasional sejauh ini. Bersama dengan pria yang meninggal pada 2 April 2008 tersebut, Indonesia sukses meraih sejumlah gelar prestisius. Di antaranya, Piala Raja Thailand (1968), Merdeka Games Malaysia (1969), Pesta Sukan Singapura, Anniversary Cup (1972) dan Agha Khan Cup Pakistan (1972).
Kedigdayaan skuat Garuda di era 1970-an memang tak lepas dari kedisiplinan yang diterapkan olehnya. Pria yang memiliki gelar dokter ini pun dikenal sebagai pelatih keras yang disiplin.
Selain memberikan prestasi gemilang, ia juga tercatat melahirkan pemain-pemain bintang. Anwar Ujang, Bambang Sunarto dan Widodo C Putro adalah sejumlah nama yang merupakan hasil binaannya.


4. Bertje Matulapelwa
Pria yang lahir di Ambon ini bisa dibilang sebagai salah satu dari sedikit pelatih lokal yang bisa masuk dalam kategori terbaik. Semasa ia melatih, tim nasional sukses menorehkan tinta emas di ajang SEA Games 1987 silam.
Ia dipercaya membentuk skuat baru selepas kekalahan telak 7-0 dari Thailand di SEA Games 1985. Untuk memantapkan permainan timnya itu, Bertje memanggil pemain-pemain berbakat di era Galatama dan Perserikatan, seperti Ricky Yakobi, Robby Darwis dan Ribut Waidi.
Di balik penampilan luar biasa anak-anak asuhnya kala itu, sebetulnya masalah tengah menyelimuti klub-klub nasional. Kesulitan ekonomi mendera klub-klub lokal yang berkompetisi. Namun, Bertje akhirnya mampu menyuntikkan semangat kepada skuatnya tersebut.

Akhirnya Yacobi cs sanggup bermain tanpa memikirkan uang sepeserpun. Dengan semangat nasionalisme mereka juga mampu mempersembahkan yang terbaik untuk negaranya.

10 Kiper Terbaik Indonesia Sepanjang Masa

Indonesia punya banyak pemain sepakbola berbakat. nih pengen bikin peringkat kiper terbaik yang pernah jadi penjaga gawang kesebelasan Indonesia,
1. Maulwi Saelan

Maulwi Saelan (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Agustus 1928; umur 81 tahun) adalah salah satu pemain sepakbola legendaris, bermain di Olimpiade 1956 dan juga pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia juga pernah menjadi salah satu ajudan pribadi presiden Soekarno. Selain itu ia dikenal juga sebagai pendiri Taman Siswa Makassar.
2. Ronny Paslah
Ronny Pasla (Medan, 15 April 1947 adalah mantan kiper Indonesia yang berkiprah sekitar tahun 1960’an – awal 1970. Ejaan namanya sering juga ditulis sebagai Ronny Paslah.punya julukan Macan Tutul.

Prestasi Tim Nasional Indonesia
* Timnas Indonesia, Juara Piala Agakhan di Bangladesh, 1967
* Timnas Indonesia, Juara Merdeka Games, 1967
* Timnas Indonesia, Peringkat III Saigon Cup, 1970
* Timnas Indonesia, Juara Pesta Sukan Singapura, 1972

3.Yudo Hadianto
Yudo Hadianto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 19 September 1941; umur 68 tahun) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia era 1960-an dan 1970-an. Pada masanya ia sempat diakui sebagi kiper terbaik Asia. Selain itu ia pernah kuliah di Fakultas Ekonomi UI periode 1960-1963 tetapi tidak selesai.
Tim Nasional (1961-1976)
* Juara Merdeka Games 1962, 1969, 1974 di Kuala Lumpur, Malaysia
* Juara King’s Cup 1968 di Bangkok, Thailand
* Juara Aga Khan Cup 1970 di Bangladesh

4.Hermansyah
courtesy of Hermansyah
Mantan Kiper Tim Nasional era 90 -an, membela klub Mastrans Bandung Raya, dan ikut memberikan gelar juara Liga Dunhill bagi klubnya. dikenal sebagai kiper tangguh, dan spesialis pemblok penalti. Soal urusan penalti, Hermansyah di timnas sempat dilatih oleh pelatih kiper Brazil, Barbatana.
Berikut catatan karir seorang Hermansyah :
Tim Nasional :
– Diklat Salatiga Th 1979-1982.
– PSSI Junior 1982;
– PSSI Garuda 1982 – 1985 ( Runner Up Kings Cup Bangkok)
– PSSI PPD Juara Sub Grup 3 A. Selangkah lagi Mewakili Asia Kejuaraan Dunia Di Mexico ( Wakilnya Korsel)
– PSSI Rajawali 1986. PSSI A 1987 ( TC Brasil 1 Bulan)
– PSSI Merdeka Games 1988- 1989.

Club :
– Pelita Jaya ( 1988-1990 Juara Galatama)
– Bandung Raya ( 1993- 1996 Juara Liga 1 dan Runner Up Liga Ke II ) – – Persikabo 1997
– Persikota 1998-20009 ( Pemain . Pelatih Keeper 2000-2004)

Coaching career :
– Pelatih Keeper Persija (2005-2006)
– Pelatih keeper Persebaya (2008)
– Pelatih Keeper Persidafon (2009-2010)
– Pelatih Keeper Persema (2010 Sampai Sekarang )
– Pelatih Keeper Nasional Asean Games 2003. ( Tc Di Antalya Turky 1 Bulan )
– Pelatih Keeper Olympik- U-23 )

5.Kurnia Sandy
Penerus Hermansyah di tim nasional. didikan PSSI Primavera, Kurnia Sandy juga pernah bergabung setahun dengan tim italia, Sampdoria, walau tak sempat bermain. pulang ke Indonesia, Kurnia Sandy memperkuat Pelita Jaya, Persik Kediri, Arema Malang, Persebaya Surabaya. seperti Hermansyah, Kurnia Sandy dikenal sebagai kiper yang memiliki kemampuan dan skill di atas rata – rata.
6. Listianto Raharjo
salah satu nama yang sempat menjaga gawang Tim Nasional adalah Listianto Raharjo, tangguh dan cekatan dalam menjaga gawang adalah nilai plusnya.
7.Hendro Kartiko
penjaga gawang tim nasional pasca era Kurnia Sandy. karirnya dimulai dari Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, dan kini membela Sriwijaya FC. menyabet gelar kiper terbaik pada Piala Asia 2000, dan dijuluki “Indonesian Fabien Barthez”.
8.Jendri Pitoy
pasca era Hendro Kartiko, Jendri Pitoy sempat mengisi posisi penjaga gawang tim nasional, penjaga gawang Persipura Jayapura ini juga dikenal pandai membaca arah bola dan tangguh.
9.Markus Horison
namanya mencuat kala membela PSMS Medan, Kiper yang kini bermain untuk Arema Malang ini, dikenal tangguh dalam bola – bola atas. salah satu penampilannya yang terbaik adalah ketika Piala Asia 2007 di Jakarta, walau akhirnya Indonesia kalah 0-1, penampilannya mengundang decak kagum, sampai saat ini Markus Horison, yang sekarang telah menjadi muslim, dan merubah nama menjadi Markus Haris Maulana, menjadi pilihan utama di tim nasional senior.
10.Sumardi
Last but not Least, Sumardi layak diberi gelar salah satu kiper terbaik Indonesia, memperkuat Tim Nasional era 90-an, Sumardi dikenal dengan kesetiaannya membela klub PKT, tahun lalu Sumardi sempat memperkuat Deltras Sidoarjo, dan tahun ini kembali ke PKT yang berubah menjadi Bontang FC. sulit dibobol lawan, ciri khasnya adalah rambut kuncirnya.

Ganda Putra Terbaik Indonesia Sepanjang Masa

Rexy Mainaky/Ricky Subagja
  Copyright: INTERNET
Tak lama nama Eddy Hartono/Rudy Gunawan bersinar, munculah pasangan Rexy Mainaky/Ricky Subagja. Kedua pasangan asal Indonesia itu menjadi pesaing kuat ganda putra dunia di sepanjang tahun 90an. Setelah Eddy/Hartono tak mampu merebut emas Olmpiade Barcelona 1992, akhirnya lewat pasangaan Rexy/Ricky lah emas pertama ganda putra di olimpiade mampu dibawa pulang ke tanah air setelah di final Rexy/Ricky menaklukan wakil Malaysia, Cheah Soon Kit/dan Yap Kim Hock di Olimpiade Atlanta 1996.
Deretan gelar juara bergengsi pun mampu Rexy/Ricky persembahkan untuk Indonesia, seperti juara All England dua kali berturut-turut 1995 dan 1996, juara dunia 1995, juara Indonesia Open 1993 dan 1994, juara Asian Games 1994 dan 1998, serta masih banyak lagi.
Rexy/Ricky seolah sudah menjalin “kontrak hidup” dengan bulutangkis. Bagaimana tidak, hingga saat ini, keduanya masih mengabdi dan turut andil membangun bulutangkis Indonesia. Rexy/Ricky saat ini masuk dalam jajaran pengurus Persatuan Bulutangkis Indonesia (PBSI) dengan jabatan yang berbeda. Rexy menjadi Kabid Pembinaan dan Prestasi sedangkan Ricky menjabat sebagai Kasubid Pelatnas.

Reinaldy Atmanegara, Atlet Taekwondo Berprestasi dari Indonesia

Dibalik pembawaannya yang pendiam dan kalem, siapa sangka remaja ganteng ini adalah seorang atlet taekwondo kebanggaan Indonesia. Wajahnya yang rupawan bisa membuat cewek-cewek terpesona saat dia melakukan tendangan kepada lawannya.


Reinaldy Atmanegara, remaja kelahiran tangerang 20 april 1995 ini juga seorang mahasiswa yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dibidang olah raga ini. Rei panggilan akrabnya yang saat ini masih menjadi mahasiswa semester 7 jurusan Hukum di Stiekubank Semarang. Ia mulai menyukai taekwondo sejak kelas 2 SD.
Selain mempunyai hobi jalan-jalan dan makan, ia mulai serius menekuni olah raga yang menurut sebagian orang cukup menantang ini sejak masih bocah.  Saat itu ia menjadi juara pertama tingkat propinsi. Mulai saat itu Rei mulai ketagihan dan sampai saat ini menjadi atlet taekwondo.
Sebagai seorang atlet taekwondo ia mempunya tugas yang harus dilakukan. Berikut detailnya:
1. Latihan wajib setiap hari senin-jumat dari pagi sampai sore.
2. Sekolah/kuliah yang harus tetap seimbang dengan passion demi masa depan.
Tak lupa ia  juga memberi tips yang bisa dijadikan modal untuk menjadi atlet taekwondo :
1. Disiplin.
2. Makan teratur dan konsumsi vitamin.
3. Mental dan fisik harus selalu terjaga.
4. Mempunyai tehnik yang baik.
Suka dukanya seperti apa, sebagai atlet taekwondo Rei mengatakan, sukanya  bisa jalan-jalan ke luar negeri, dapat bonus dan juga mendapat banyak teman dan kenalan dari berbagai negara.
Sedangkan menurut dia, dukanya adalah pada saat melakukan tendangan tidak tepat sasaran kadang merasa stres, kangen keluarga, serta badan terasa sakit-sakit setelah pertandingan.

Prestasi-prestasi yang pernah diperoleh Rei dari junior selama 3x berturut2 menjadi juara nasional (resmi). Saat dewasa Masuk menjadi 8 besar kejuaraan dunia 2x berturut-turut, kemudian saat juara Sea Games 2015. Masih banyak lagi kejuaraan yang dimenangkan oleh Rei.
Demikian wawancara Lasmie dengan Rei, semoga Rei semakin sukses dan semakin banyak prestasinya di kejuaraan-kejuaraan yang sudah menanti,serta sukses juga kuliahnya.

Sejarah Taekwondo di Indonesia

Tae kwon-do merupakan salah satu cabang seni olahraga bela diri yang berasal dari Korea Selatan.
Makna dari Taekwondo mempunyai arti yaitu :
Tae = kaki
Kwon = pukulan dengan tangan/tinju
Do  = sistem/cara/seni
Arti kesuluruhan Taekwondo adalah : seni beladiri yang menggunakan kaki dan tangan sebagai senjata beladiri untuk menaklukan lawannya.
Menurut sejarah Tae kwon-do berkembang sejak tahun 37M. Pada masa dinasti Kogooryo di Korea. Masyarakat menyebutnya dengan nama berbeda, yaitu Subak, Taekkyon, taeyon. Tae kwon-do kerap dijadikan pertunjukan acara ritual yang dilakukan oleh bangsa Korea, bela diri Tae kwon-do menjadi senjata bela diri andalan para ksatria. Sejarah panjang Korea pada dinasti Chosun kuno, kerajaan Shila, dan dinasti Koryo pada masa kejayaannya.
Pada saat Korea merdeka pada tahun 1945 rakyat Korea berusaha mengembangkan Taekwondo yang merupakan seni bela diri tradisional Korea, sehingga Taekwondo diterima dan berkembang pesat diseluruh dunia.
WTF adalah suatu badan Federasi Taekwondo Dunia yang resmi berdiri pada tanggal 28 Mei 1973 sebagai Presiden adalah Kim Un Yong bermarkas di Kukkiwon (Seoul) Korea Selatan. WTF program resmi pertahanan nasional kalangan Polisi dan tentara. WTF beranggotakan lebih dari 186 negara
Kejuaraan Dunia pertama kali diadakan oleh WTF pada tanggal 25-27 Mei 1973 di Seoul diikuti oleh 18 Negara.
Tae kwon-do aliran WTF berkembang di Indonesia pada tahun 1975 yang membawa aliran ini adalah Mauritsz Dominggus yang datang ke Indonesia pada tahun 1972 di Tanjung Priok, Jakarta Utara
Pada saat itu Tae kwon-do di Indonesia belum berkembang karena Bela Diri karate lebih dulu hadir di Indonesia seperti aliran Karate Shindoka beberapa pelatih diantaranya : Simon Kaihena – Jopi Yan Rainong – Hady Sugianto – William Giritz – Sukanda – Hasan Johan – Hendry Sanuri (Alm) - Drs. Rosid M. Siregar (Alm) – Mujiman (Alm) dan Harry Tomotala(Perguruan Karate PERKINO). Mereka tersebut bergabung dengan Mauritsz Dominggus berasal dari Ambon yang merupakan pemegang sabuk hitam Taekwondo yang belajar di Belanda dan membentuk perguruan dengan nama KATAEDO. Gabungan kata karate dan Tae kwon-do.
Pada tanggal 15 Juli 1974 atas saran Prof. Kim Ki Ha (Ketua Asosiasi Korea di Indonesia) KATAEDO di ganti nama Institut Tae kwon-do Indonesia (INTIDO). Pada saat itu Prof.Kim Ki Ha sebagai penasehat INTIDO dan atas saran beliaulah INTIDO dipertemukan dengan Duta Besar Korea Selatan dan beliau diutus ke Korea Selatan mengikuti sidang umum II WTF pada tanggal 27 Agustus 1975. Dan Prof.Kim Ki Ha memperjuangkan INTIDO untuk dapat diterima sebagai anggota WTF dan persyaratan WTF supaya INTIDO dirubah menjadi Federasi Taekwondo Indonesia (FTI) sebagai ketua umum Marsekal Muda (TNI) Sugiri.
Pada tanggal 17 juni 1976 FTI resmi menjadi anggota WTF ditandatangani oleh presiden WTF Kim Un Yong.
Pada tahun 1976 Indonesia mendatangkan pelatih dari Korea Selatan dalam rangka program peningkatan mutu dan prestasi Tae kwon-do Indonesia bernama Kim yeong Tae Dan V. Mantan juara kelas berat.
Seiring dengan berkembangnya Taekwondo di Indonesia ada 2 organisasi Taekwondo yaitu FTI (Federasi Taekwondo Indonesia) yang dipimpin oleh Marsekal Muda Sugiri dan PTI(Persatuan Taekwondo Indonesia) dipimpin oleh Leo Lapulisa.
FTI dan PTI pada tanggal 28 Maret 1981 menggelar sebuah pertemuan yang bertajuk MUSYARAH NASIONAL I, demi kemajuan Tae kwon-do Indonesia. MUNAS I tersebut melahirkan kesepakatan bersama untuk menyatukan kedua Organisasi tersebut ke dalam sebuah Organisasi Taekwondo yang sekarang kita kenal Pengurus Besar Taekwondo Indonesia(PBTI) yang diakui oleh WTF dan KONI, sebagai ketua umumnya Bapak Sarwo Edhie Wibowo dengan pelindung langsung dari ketua KONI Pusat Bapak Surono.

Pada tanggal 17 – 18 September 1984 sebagai Ketua umum Munas :
Ke – I : 1984 – 1988 Bapak Letjen TNI AD (Purn.) Sarwo Eddie Wibowo 
Ke – II  : 1988 – 1933 Bapak Letjen TNI AD (Purn.) Soeweno
Ke – III : 1993 – 1997 Bapak Letjen TNI Harsudiyono Hartas
Ke – IV  : 1997 – 2001 Bapak Letjen TNI Mar Suharto
  2001 – 2006
Ke – V  : 2006 – 2010Bapak Letjen TNI Erwin Sudjono

Tae Kwon-do sebagai cabang olah raga resmi di arena PON Ke XI tahun 1985 diselenggarakan di Jakarta
Tae kwon-do dipertandingkan di olimpiade tahun 1992 di Barcelona Spanyol sifatnya ekchibisi dan resminya sendiri pertama kalinya pada olimpiade di Atlanta AS tahun 1996.

3 Atlet Indonesia yang Pernah Masuk ke Kejuaraan Dunia

Tiga atlet Indonesia memastikan lolos ke babak final Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke-17 setelah mengalahkan lawan-lawan pada babak semifinal yang berlangsung di GOR Lila Bhuana Denpasar, Bali, Selasa.

Tiga atlet itu adalah Awaluddin Nur pada kelas A putra, Selly Andriani pada kelas D putri, dan Mariati pada kelas bebas putri.

Awaluddin masuk ke final setelah mengalahkan pesilat Vietnam Le Qucc Son pada babak semifinal. Sedangkan Selly menaklukkan lawan asal Singapura Nurul Suhaila binti Mohd Saiful pada semifinal.

Pesilat senior Mariati melaju ke final setelah menang 5-0 dari lawan asal Vietnam Nguyen Long Van Trang. Pada putaran final, Mariati akan menghadapi atlet Thailand Suwichada Pruphetkaew.

Ketua Umum PB IPSI Prabowo Subianto mengatakan atlet-atlet Merah-Putih harus tampil lebih berprestasi dalam kejuaraan dunia menyusul semangat atlet-atlet luar negeri yang juga ingin unggul dalam cabang olahraga bela diri asal Indonesia itu.

Indonesia, lanjut Prabowo, mendapatkan tantangan utama dari atlet-atlet Vietnam dan Thailand yang juga mampu berprestasi dalam kejuaraan-kejuaraan pencak silat internasional.

"Selain negara-negara ASEAN, atlet-atlet cari Asia Tengah dan Timur Tengah juga tampil kuat dalam kejuaraan dunia ini," ujar Prabowo yang juga menjabat sebagai Presiden Persatuan Silat Antarbangsa (Persilat) itu.

Pelatih tim Indonesia Abas Akbar mengatakan tetap meminta para atletnya untuk menjaga strategi permainan agar tidak terpengaruh pola permainan lawan.

"Kalau menghadapi lawan yang tampil cengeng, atlet kami tidak boleh gegabah untuk menyerang karena akan menjadi bumerang bagi kami. Lawan mungkin punya strategi menang dengan cara atlet kami yang terkena diskualifikasi dari juri," kata Abas.

Ikatan Pencak Silat Indonesia

Ikatan Pencak Silat Indonesia (disingkat IPSI) adalah induk organisasi resmi pencak silat di Indonesia di bawah naungan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Pencak silat merupakan olahraga seni beladiri yang berasal dari bangsa Melayu, termasuk Indonesia. Jumlah perguruan pencak silat sangat banyak, berdasarkan catatan PB IPSI sampai dengan tahun 1993 telah mencapai 840 perguruan pencak silat di Indonesia. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). IPSI didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, Jawa Tengah.

Sejarah IPSI

Upaya untuk mempersatukan pencak silat sebetulnya sudah dimulai pada masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1922 di Segalaherang, Subang, Jawa Barat, didirikan Perhimpunan Pencak Silat Indonesia untuk menggabungkan aliran pencak Jawa Barat yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara. Pada masa pendudukan Jepang, Presiden Soekarno pernah menjadi pelindungnya. Upaya serupa juga diadakan di Yogyakarta. Pada tahun 1943, beberapa pendekar pencak silat, yaitu R Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram, Mohamad Djoemali dari Taman Siswa, RM Harimurti dari Krisnamurti, Abdullah dari Pencak Kesehatan, R Soekirman dari Rukun Kasarasaning Badan, Alip Purwowarso dari Setia Hati Organisasi, Suwarno dari Setia Hati Terate, R Mangkupujono dari Persatuan Hati dan RM Sunardi Suryodiprojo dari Reti Ati, mendirikan organisasi yang bernama Gapema (Gabungan Pencak Mataram) untuk bersama-sama menggalang pencak silat yang tumbuh di Kesultanan Yogyakarta. Gapema ini merupakan sebuah batalyon yang seluruh anggotanya adalah pesilat dan turut berjuang dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia.
Setelah beberapa tahun, tepatnya pada tahun 1947, di Yogyakarta juga berdiri satu organisasi bernama Gapensi (Gabungan Pentjak Seluruh Indonesia) yang bertujuan mempersatukan aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Gapensi didirikan oleh Mohamad Djoemali dari Taman Siswa bersama beberapa tokoh pencak silat, yaitu RM Soebandiman Dirdjoatmodjo dari Perisai Diri, Ki Widji Hartani dari Prisai Sakti Mataram, R Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram dan Widjaja. Meskipun organisasi di Jawa Barat dan Yogyakarta ini bercita-cita nasional, keanggotaannya masih berskala lokal. Untuk itu PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia), yang kemudian berganti nama menjadi KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), mengadakan sebuah Konperensi Bagian Pentjak di Solo pada tanggal 2 Juni 1948. Pertemuan tersebut sebelumnya telah diawali dengan rapat pembentukan Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia di Solo pada awal tahun 1947 yang diprakarsai oleh Mr Wongsonegoro, yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Dari hasil rapat ini dibentuklah panitia IPSI (Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia) pada bulan Mei 1947 yang diketuai oleh Mr Wongsonegoro. IPSI bernaung di bawah Kementerian Pembangunan dan Pemuda.

Tokoh Pendiri IPSI

Para pendiri IPSI pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta adalah :
  • Mr Wongsonegoro, Ketua Pusat Kebudayaan Kedu
  • Soeratno Sastroamidjojo, Sekretaris Pusat Kebudayaan Kedu
  • Marjoen Soedirohadiprodjo dari Setia Hati Organisasi
  • Dr Sahar dari Silat Sumatera
  • Soeria Atmadja dari Pencak Jawa Barat
  • Soeljohadikoesoemo dari Setia Hati Madiun
  • Rachmad Soeronegoro dari Setia Hati Madiun
  • Moenadji dari Setia Hati Solo
  • Roeslan dari Setia Hati Kediri
  • Roesdi Imam Soedjono dari Setia Hati Kediri
  • S Prodjosoemitro, Ketua PORI Bagian Pencak
  • Mohamad Djoemali dari Yogyakarta
  • Margono dari Setia Hati Yogyakarta
  • Soemali Prawiro Soedirdjo dari Ketua Harian Persatuan Olahraga Republik Indonesia
  • Karnandi dari Kementerian Pembangunan dan Pemuda
  • Ali Marsaban dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
Dengan didirikannya organisasi ini diharapkan bahwa pencak silat dapat digerakkan dan disebarluaskan sampai ke berbagai pelosok di tanah air sebagai suatu ekspresi kebudayaan nasional. Masyarakat juga mengharapkan bahwa pencak silat distandarisasi agar dapat diajarkan sebagai pendidikan jasmani di sekolah-sekolah dan dapat dipertandingkan dalam even-even olahraga nasional. Sesuai dengan keinginan tersebut, langkah pertama yang diusahakan oleh IPSI adalah terbentuknya suatu sistem pencak silat nasional yang dapat diterima oleh seluruh perguruan pencak silat yang ada di tanah air. Untuk sementara waktu, diadopsikan sebagai standaard system pelajaran pencak silat dasar yang sudah disusun oleh RM S Prodjosoemitro dan diajarkan di sekolah-sekolah di wilayah Solo dengan dukungan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Balai Kota Surakarta. Hasil dari usaha standarisasi awal pencak silat ini dipertunjukkan oleh kurang lebih 1.000 pesilat anak-anak dalam demonstrasi senam pencak silat massal pada Pembukaan PON I tanggal 8-12 September 1948 di Solo. Sejak PON I tersebut, pencak silat dilombakan sebagai demonstrasi dalam kategori solo dan ganda, baik tangan kosong maupun senjata. Tidak semua aliran dan perguruan pencak silat sepakat mengenai perlunya organisasi nasional. Ada yang khawatir bahwa dengan penyusunan sistem pencak silat nasional maka persatuan aliran-aliran pencak silat tidak akan terlaksana, bahkan akan terdapat perpecahan karena tiap aliran atau perguruan pencak silat akan mengklaim dirinya yang terbaik. Pada awalnya Gapensi ikut menolak karena anggota panitia IPSI dianggap didominasi oleh anggota perguruan pencak silat Setia Hati. Selain itu, beberapa perguruan pencak silat di daerah Kauman, yang saat ini dikenal dengan nama Tapak Suci, ikut menolak karena Mr Wongsonegoro yang dijadikan Ketua IPSI dikenal sebagai salah seorang tokoh aliran kebatinan. Salah satu anggota Gapensi, yaitu Sukowinadi, kemudian mendirikan organisasi yang bernama Perpi (Persatuan Pencak Indonesia) yang menaungi perguruan pencak silat Benteng Mataram, Mustika, Bayu Manunggal, Bima Sakti dan Trisno Murti. Organisasi baru ini didukung oleh Phasadja Mataram dan Tapak Suci. Persatuan dan kesatuan jajaran pencak silat di Indonesia masih belum benar-benar terwujud dengan adanya berbagai organisasi pencak silat tersendiri di luar IPSI seperti Gapensi, Perpi, Putra Betawi, dan lainnya. Ditambah lagi pada tahun 1950 ketika terjadi pergolakan pemberontakan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilakukan oleh kelompok gerakan separatis DI/TII. Panglima Teritorium III, Kolonel RA Kosasih, dibantu oleh Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun, pada bulan Agustus 1957 mendirikan PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) di Bandung yang bertujuan menggalang kekuatan jajaran pencak silat untuk menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah bagian barat dan DI Yogyakarta. Sesuai dengan wilayah pembinaannya, yang masuk dalam PPSI adalah perguruan pencak silat aliran Pasundan.
Akibat dibentuknya PPSI menimbulkan dualisme pembinaan dan pengendalian pencak silat di Indonesia. Pendekar-pendekar Jawa Barat merasa bahwa kegiatan yang diprakarsai IPSI didominasi Jawa Tengah dan Jawa Timur, tidak mencapai Jawa Barat. Menurut pendekar Jawa Barat tetap diperlukan suatu organisasi khusus untuk mengayomi dan mengembangkan perguruan-perguruan pencak silat yang beraliran Jawa Barat. Pada tahun 1950-an IPSI dan PPSI bersaing berebut pengaruh di dunia persilatan dengan saling banyak mendirikan cabang di seluruh provinsi di Indonesia. PPSI berkembang di daerah Jawa Barat, Lampung dan Jawa Timur bagian timur. Pada tanggal 21-23 Desember 1950 di Yogyakarta diadakan Kongres IPSI II yang memutuskan untuk mengukuhkan organisasi dan menyusun Pengurus Besar IPSI di mana Mr Wongsonegoro diangkat sebagai Ketua Umum, Sri Paduka Paku Alam sebagai Wakil Ketua Umum dan Rachmad sebagai Penulis I. Gapensi dan Perpi ikut bergabung dengan IPSI. Tokoh-tokoh Gapensi dan Perpi menduduki jabatan penting dalam keorganisasian IPSI. RM Soebandiman Dirdjoatmodjo kemudian diangkat sebagai Kepala Seksi Pencak di Inspeksi Pendidikan Jasmani yang berada di bawah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Jawa Timur. Pada tahun 1952 dibentuk Lembaga Pencak Silat di bawah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pada tahun 1953 aktivitas pencak silat dipindahkan dari Jawatan Pendidikan Masyarakat ke Jawatan Kebudayaan. Pada tahun tersebut juga diadakan Kongres IPSI III di Bandung. Demonstrasi pencak silat yang bersifat internasional dalam misi kebudayaan Indonesia dilakukan pada tahun 1955 di Praha, Leningrad, Budapest dan Kairo. Sistem pencak silat nasional yang telah distandarisasi oleh IPSI ternyata belum dapat memenuhi harapan masyarakat, sehingga peralihan pencak silat dari sarana beladiri menjadi sejenis senam jasmani memakan waktu yang cukup lama. Tim ahli teknik IPSI yang terdiri dari pakar-pakar dari berbagai aliran dan perguruan pencak silat mempelajari ratusan kaidah dan gerak kemudian mencoba menyatukan mereka tanpa menghilangkan warna-warni yang khas. Mereka juga harus menyesuaikan sistem pelajaran tradisional pencak silat yang berpatokan kepada jurus (seri atau kumpulan gerakan) dengan prinsip olahraga modern.
Pada tahun 1960, PB IPSI membentuk Laboratorium Pencak Silat yang bertujuan untuk menyusun peraturan pertandingan pencak silat yang baku dan memenuhi kriteria suatu pertandingan olahraga yang dapat dipertandingkan di tingkat nasional. Anggota laborat tersebut terdiri dari Arnowo Adji HKP dari Perisai Diri, Januarno dan Imam Suyitno dari Setia Hati Terate, Mochamad Hadimulyo dibantu Dr Rachmadi Djoko Suwignjo dan Dr Mohamad Djoko Waspodo dari Nusantara. Selain mengalami kesulitan teknis dalam mengembangkan metode dan sistematika olahraga yang dapat diterima oleh semua pihak, IPSI juga mendapat resistensi dari kalangan pendekar tradisional yang enggan menerima pemikiran-pemikiran baru karena tidak menginginkan reduksi pencak silat hanya kepada satu bentuknya, yaitu olahraga. Mereka khawatir bahwa aspek integral yang lain, khususnya aspek seni dan aspek spiritual, akan diabaikan dan tidak dapat dirasakan lagi sebagai unsur-unsur yang saling terkait dalam satu totalitas sosiokosmik. Kesulitan juga datang dari luar dunia pencak silat, karena persaingan yang ketat dari beladiri impor. Antara tahun 1960 - 1966, pada waktu terjadi kemerosotan ekonomi dan politik negara yang turut berdampak terhadap IPSI, beladiri karate dari Jepang secara resmi masuk Indonesia dan dengan tangkasnya memasuki kalangan pelajar dan militer. Pada awalnya, karate dan judo dipraktikkan sebagai olahraga dan dipertandingkan di depan umum. Penerimaan yang positif terhadap beladiri asing, memaksa kalangan pencak silat untuk berpikir dan berbuat lebih baik dalam usaha mengembangkan pencak silat olahraga. Kehadiran karate di Indonesia merupakan cambuk yang benar-benar efektif untuk membangunkan kalangan pencak silat dari tidurnya. Penggeseran konseptual akhirnya terjadi, meskipun beberapa pendekar pencak silat keberatan apabila makna pencak silat sebagai unsur kebudayaan dalam arti luas dipersempit agar aspek olahraga dapat diutamakan. Pada bulan Januari 1961 IPSI dipindahkan dari Jawatan Kebudayaan ke Jawatan Pendidikan Jasmani, kemudian pada tanggal 31 Desember 1967 IPSI turut aktif dalam mendirikan KONI. Jawatan Pendidikan Jasmani menyelenggarakan Seminar Pencak Silat Seluruh Indonesia yang membahas masalah penyusunan cara pertandingan pencak silat nasional. Kemudian dilakukan uji coba pertandingan bebas full body contact di Solo dan Madiun. Pada tahun yang sama berlangsung PON V di Bandung yang juga mempertandingkan pencak silat. Pada tahun 1970-an muncul kerangka konseptual di mana induk-induk olahraga beladiri dianggap sebagai alat pertahanan nasional. Sebagai akibatnya cabang-cabang ilmu beladiri mulai ditempatkan di bawah pimpinan tokoh-tokoh militer. Pada Kongres IPSI IV tahun 1973 di Jakarta, Ketua Umum PB IPSI Mr Wongsonegoro yang saat itu usianya sudah sangat tua diganti oleh Brigjen TNI Tjokropranolo, Gubernur DKI Jakarta. Pada tanggal 20-24 Nopember 1973 diadakan Seminar Pencak Silat III di Bogor, nama Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia diubah menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia. Dia dengan dibantu oleh beberapa perguruan pencak silat melakukan pendekatan kepada pimpinan PPSI yang akhirnya dalam keputusan Kongres IPSI IV ini PPSI bergabung ke dalam IPSI walaupun masih ada beberapa anggotanya yang tetap bertahan. Kebetulan ketiga pimpinan PPSI satu corps dengan dia di Corps Polisi Militer. Perguruan-perguruan tersebut dianggap telah berhasil mempersatukan kembali seluruh jajaran pencak silat ke dalam organisasi IPSI.
Pada masa kepemimpinan Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya, perguruan-perguruan yang ikut aktif dalam memperjuangkan keutuhan IPSI tersebut diberi istilah Perguruan Historis dan dijadikan Anggota Khusus IPSI. Mereka dipandang mempengaruhi sejarah dan perkembangan IPSI serta pencak silat pada umumnya antara tahun 1948 dan 1973 dengan memberikan kontribusi kepada kesatuan pemikiran dalam pembentukan organisasi nasional tunggal pencak silat Indonesia yang diberi nama IPSI, kesatuan tekad untuk mempertahankan IPSI sebagai satu-satunya organisasi nasional pencak silat di Indonesia, kesatuan dukungan untuk menjadikan IPSI sebagai anggota KONI dan kesatuan dukungan untuk memasukkan pencak silat dalam PON sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan. Sepuluh Perguruan Historis tersebut adalah :
  • Persaudaraan Setia Hati
  • Persaudaraan Setia Hati Terate
  • Kelatnas Indonesia Perisai Diri
  • PSN Perisai Putih
  • Tapak Suci Putera Muhammadiyah
  • Phasadja Mataram
  • Perpi Harimurti
  • Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI)
  • PPS Putra Betawi
  • KPS Nusantara
Keputusan Kongres IPSI IV ini juga mengesahkan peraturan pertandingan pencak silat untuk dipergunakan dalam PON VIII tahun 1973 di Jakarta. Pada PON itu cabang pencak silat diikuti oleh 15 daerah dengan 106 atlet putra dan 22 atlet putri. Pada tanggal 27 April sampai 1 Mei 1975 dilangsungkan Kejuaraan Nasional Pencak Silat I di Semarang yang diikuti oleh 18 provinsi. Pada Munas IPSI tahun 2003, Ketua Umum PB IPSI yang dijabat oleh Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya digantikan oleh Letjen TNI Prabowo Subianto.

Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa)

Dengan kerja keras PB IPSI di bawah kepemimpinan Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya serta dukungan pemerintah dan Presiden Soeharto sebagai Pembina Utama saat itu, IPSI dengan cepat menyebar luas ke dalam maupun ke luar negeri. Kehadiran IPSI sudah menjadi bagian dari Pemerintah Daerah. Pada tanggal 7-11 Maret 1980 di Jakarta telah berlangsung pertemuan antar negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura serta peninjau dari Brunei Darussalam untuk pembentukan federasi internasional pencak silat. Musyawarah dilakukan di Anjungan Jawa Barat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Hasil musyawarah ini adalah peresmian berdirinya Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa). Sebagai Ketua Presidium Persilat ditunjuk Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya yang saat itu juga menjabat sebagai Ketua Umum PB IPSI. Dan untuk membantu dia, sebagai Sekretaris Jenderal ditunjuk Oyong Karmayuda, SH.
Disepakati pula untuk menetapkan keempat negara pendiri sebagai sumber pencak silat, yaitu :
  1. Indonesia : IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)
  2. Singapura : Persisi (Persekutuan Silat Singapura)
  3. Malaysia : Pesaka (Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia)
  4. Brunei Darussalam : Persib (Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalam)
Selain Anggota Pendiri, Persilat memiliki Anggota Berserikat (organisasinya telah diakui oleh instansi pemerintah negara yang bersangkutan) dan Anggota Gabungan (bertaraf perguruan dan belum diakui oleh instansi pemerintah negara yang bersangkutan).
Sampai pertengahan tahun 2006, pencak silat telah menyebar di 28 negara dan telah diwadahi dalam organisasi-organisasi pencak silat sebagai berikut :
  1. Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
  2. Persekutuan Silat Singapura (Persisi)
  3. Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (Pesaka)
  4. Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalan (Persib)
  5. Pencak Silat Association of Thailand (PSAT)
  6. Ikatan Pencak Silat Vietnam (Isavie)
  7. Philippines Pencak Silat Association (Philsilat)
  8. Myanmar Pencak Silat Association (MPSA)
  9. Pencak Silat of Laos (PSL)
  10. Western Australia Pencak Silat Association (WAPSA)
  11. Nederlandse Pencak Silat Bond (NPSB)
  12. Japan Pencak Silat Association (Japsa)
  13. Federation Espanola Pencak Silat (FEPS)
  14. Pencak Silat Verband Oesterreichs (PSVO)
  15. Suriname Pencak Silat Association (SPSA)
  16. Pencak Silat Federation of The United Kingdom (PSFUK)
  17. Pencak Silat Union of Belgium (PSUB)
  18. Pencak Silat Union Deutschland (PSUD)
  19. Association France Pencak Silat (AFPS)
  20. Pencak Silat Switzerland (PSS)
  21. Turkish National Pencak Silat Association (TNPSA)
  22. Persekutuan Kanada Silat (Perkasa)
  23. Palestine Association of Seni Silat (PASS)
  24. Yemen Pencak Silat Federation (YPSF)
  25. Nepal Silat Association (NSA)
  26. Russian Pencak Silat Federation (RPSF)
  27. Indian Pencak Silat Association (IPSA)
  28. Federazione Italiana Pencak Silat (FIPS)
Tahun 1982 pencak silat mulai dipertandingkan pada tingkat internasional dengan Invitasi Pencak Silat Internasional ke-I di Stadion Senayan, Jakarta. Yang ke-II diadakan tahun 1984 di Jakarta dan yang ke-III tahun 1986 di Wina, Austria. Nama ini kemudian diganti menjadi Kejuaraan Dunia dan diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, tahun 1987. Berikutnya diadakan tahun 1989 di Den Haag, Belanda. Pada tahun 1992 kembali diadakan di Jakarta dan tahun 1995 diadakan di Thailand. Selain Kejuaraan Dunia, pencak silat juga dipertandingkan pada SEA Games.
Sebagai usaha memasukkan pencak silat ke Asian Games, IPSI dan anggota Persilat lainnya telah membentuk organisasi pencak silat Asia Pasific pada bulan Oktober 1999. Pada Asian Games 2002 di Korea Selatan, pencak silat masuk dalam agenda Sport Cultural Event. Sasaran selanjutnya adalah upaya memasukkan pencak silat resmi menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games mendatang.